Minggu, 07 Juni 2009

Observasi PMRI di MIN 2

Laporan Kegiatan Observasi di MIN 2 Palembang

No.

Hari

Tanggal

Waktu

Kelas

Materi

Guru

1.

Senin

23 Maret 2009

07.40 - 08.30

10.15 - 11.05

I.C

II.B

Pengurangan

Perkalian

Nurlaina, S.Ag

Nasrel Hayati,S.Ag

2.

Senin

30 Maret 2009

07.40 – 08.30

I.C

Penjumlahan

Nurlaina, S.Ag

I. 1. Observasi pada hari Senin, 23 Maret 2009 sekitar pukul 07.40 sampai 08.30 di Kelas I.C

Pembelajaran matematika di kelas I.C yang disampaikan oleh Ibu Nurlaina, S.Ag tentang materi pengurangan dimulai dengan memberikan soal sebanyak 10 buah yang ditulis pada papan tulis, dan siswa diberikan waktu dalam mengerjakan soal tersebut, Tim Observasi belum melihat adanya prinsip PMRI dalam pembelajaran tersebut. Namun beberapa Siswa sudah dapat menggunakan media disekitar mereka, seperti Ica, Ia menggunakan penghapus pensilnya yang berjumlah 10 buah sebagai media untuk menghitung dan juga salah satu siswa memanfaatkan batu kerikil sebagai media untuk berhitung, terlihat siswa sudah pandai mengerjakan soal yang diberikan oleh Guru, tetapi masih ada juga siswa yang lambat dalam mengerjakan soal tersebut, seperti Ica, Ia tampak bosan mengerjakan soal penjumlahan padahal yang Ia kerjakan sampai nomor 6 dari 10 soal yang ada, kemungkinan ia jenuh dengan kegiatan menghitung ulang penghapus-penghapusnya, atau karena soalnya yang terlalu banyak buat dia, pada awalnya siswa terkejut dengan kehadiran Tim Observasi, namun seiring dengan waktu mereka dapat menerima kehadiran kami, karena Ibu Nurlaina belum siap dengan maksud kedatangan kami, maka ia meminta pada Tim Observasi untuk meninjau pembelajaran di kelas I.C pada hari Senin yang akan datang.

Salah Seorang Siswa sedang asyik menghitung dengan kerikil

I.2. Observasi pada hari Senin, 23 Maret 2009 sekitar pukul 10.15 sampai 11.05 di kelas II.B

Kegiatan belajar mengajar di kelas II.B oleh Ibu Nasrel Hayati, S.Ag diawali dengan penjelasan pada siswa tentang keberadaan Tim Observasi di kelas tersebut dan menekankan pada siswa tentang pentingnya pelajaran matematika.

Kegiatan pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu :

  1. Tahap Persiapan
  2. Proses Pembelajaran
  3. Tahap Penutup

Pada awal pembelajaran atau tahap persiapan, Siswa dibagi dalam 5 kelompok, tiap kelompok berjumlah 6 orang. Kemudian Guru menjelaskan konsep Perkalian, bahwa perkalian adalah penjumlahan yang berulang-ulang dan Pembagian adalah pengurangan yang berulang-ulang sampai dengan nol. Selanjutnya Guru membagikan Daun sebagai media pembelajaran, tiap kelompok mendapat tumpukan daun yang berbeda, misalnya kelompok I ketua kelompok membagikan masing-masing anggotanya 6 buah daun, kelompok II ketua kelompok membagikan masing-masing anggotanya 5 buah daun, kelompok III ketua kelompok membagikan masing-masing anggotanya dengan 4 buah daun, dan seterusnya.

Guru sedang menginstuksikan kepada ketua kelompok

Untuk membagikan daun kepada anggotanya

Kegiatan pembelajaran berlanjut dengan instruksi Guru kepada Siswa atau tahap proses pembelajaran bahwa tiap anak diharapkan untuk memegang 2 daun, kemudian daun disusun di atas meja dan siswa dianjurkan untuk menghitung jumlah daun tersebut, yaitu : 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 12, kemudian Guru menjelaskan bahwa 2 daun x jumlah anggota kelompok = 12.

Kemudian Guru menginstruksikan kepada ketua kelompok untuk membagikan jumlah daun tadi kepada anggotanya secara adil, dan masing-masing anggota mendapat 2 daun. Dalam kegiatan ini Guru menekankan konsep pembagian.

Siswa sedang asyik menyusun daun diatas meja

Kegiatan selanjutnya Guru menanyakan pada siswa kelompok mana untuk masing-masing anggotanya mendapat 5 buah daun, secara bersamaan siswa kelompok II mengangkat tangan mereka, kemudian Guru meminta kelompok tersebut untuk mejumlahkan banyaknya daun, yaitu : 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 = 30 daun, demikian juga untuk kelompok lain sesuai dengan banyaknya daun yang mereka dapatkan.

Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugasnya, kegiatan selanjutnya adalah menjelaskan jumlah daun tiap masing-masing kelompok oleh perwakilan kelompok, dalam hal ini guru secara tidak langsung menanamkan keberanian bagi siswa untuk berbicara dan mengemukakan pendapat mereka sesuai dengan bahasa mereka. Pada saat itu wakil dari kelompok 5, yaitu Raihan berdiri dan menjelaskan jumlah daunnya, karena kelompok 5 mendapat masing-masing 4 daun dan beranggotakan 6 orang, jadi jumlah daun mereka : 6 x 4 = 24, dengan jelas Raihan menyebutkan bahwa : 4 + 4 = 8 + 4 = 12 + 4 = 16 + 4 = 20 + 4 = 24

Demikian seterusnya diikuti oleh wakil kelompok yang lain menjelaskan jumlah daun kelompok mereka.

Kegiatan selanjutnya adalah pemberian tugas, guru memberikan latihan yang dikemas dalam lembar soal berisi 4 buah soal yang dibagikan pada tiap siswa dengan ketentuan siswa harus dapat mengerjakan sendiri walau masih dalam posisi duduk secara berkelompok dan alat peraga daun dianjurkan untuk disimpan. Dari lembar soal terlihat soal tentang konsep perkalian yang digambarkan dengan tunpukan batu-bata dan susunan segitiga. Guru menggambarkan tumpukan batu-bata tersebut di papan tulis dan menjelaskan kepada siswa berapa jumlah batu-bata, ada 4 baris batu-bata dan tiap baris ada 6 batu-bata, siswa menghitungnya bersama-sama, yaitu : 6 + 6 + 6 + 6 = 24. Guru menjelaskan bahwa : Jika 24 : 6 = 4 dan 24 : 4 = 6

Kemudian soal berikutnya siswa mengerjakan sendiri-sendiri, Tim Observasi berkesempatan melihat cara kerja mereka, sebagian besar siswa menjawabnya dengan menghitung jumlah balok mendatar dikali dengan jumlah balok secara menurun.

Kegiatan selanjutnya guru meneruskan dengan menjelaskan bentuk pembagian, sehingga soal yang siswa kerjakan ditulis dalam bentuk perkalian dan pembagian, seperti

soal susunan batu-bata dan segitiga, setelah siswa selesai mengerjakan , mereka persentasi di depan kelas dengan menuliskan hasil pekerjaan mereka di papan tulis.

Siswa berusaha mengerjakan latihan Contoh soal perkalian dan pembagian

dalam susunan batu-bata

Raihan berusaha menghitung jumlah susunan segitiga

Dengan penuh semangat salah satu siswa

mempresentasikan jawabannya

Kemudian kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan dan mengulas kembali bahwa perkalian adalah penjumlahan yang berulang-ulang dan pembagian adalah pengurangan yang berulang-ulang sampai dengam nol dan ini merupakan tahap penutup dari kegiatan pembelajaran yang dilihat oleh Tim Observasi.

I.3. Observasi pada hari Senin, 30 Maret 2009 sekitar pukul 07.40 sampai 08.30 di kelas I.C

Sesuai dengan permintaan Ibu Nurlaina, Tim Observasi berkesempatan meninjau kembali proses pembelajaran dikelas I.C yang diasuh oleh ibu Nurlaina, S.Ag pada hari Senin tanggal 30 Maret 2009, materi pelajaran kali ini adalah tentang penjumlahan dengan alat peraga berupa manik-manik dan dekak-dekak.

Siswa yang dibimbing oleh guru mengerjakan soal yang ada di LKS 4 dengan berusaha melengkapi tabel penjumlahan, sebagai berikut :

N0.

Pengambilan manik warna hijau

Pengambilan manik warna merah

Jumlah manik-manik yang diambil

1.

25

10

35

2.

10

10

20

3.

12

7

19

4.

dst

dst

dst

5.

6.

7.

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan penjelasan guru secara singkat tentang penjumlahan, kemudian guru menyiapkan manik-manik berwarna hijau dan merah, dengan memperagakan didepan kelas guru mencontohkan pengambilan manik hijau sambil dihitung dan dimasukkan kedalam gelas I dan jumlah manik tersebut ditulis di papan tulis, kemudian guru mengambil manik merah sambil dihitung secara serentak bersama siswa, manik tersebut dimasukkan kedalam gelas 2, kemudian dicatat jumlahnya dan ditulis dalam tabel yang telah dibuat di papan tulis, selanjutnya dengan menghitung bersama-sama guru mengambil semua manik hijau dari gelas 1 dan manik merah dari gelas 2 dan jumlah seluruh manik ditulis pada kolom jumlah pada tabel yang telah dibuat di papan tulis, guru mengulang beberapa kali kegiatan tersebut sampai siswa mengerti., kemudian guru menginstruksikan kepada siswa untuk menghitung kembali manik-manik dan hasilnya dicatat dalam tabel pada LKS 4 yang merupakan buku pegangan siswa.

Guru sedang asyik menghitung manik hijau

yang dimasukkan ke dalam gelas 1

Dengan penuh semangat siswa kelas I.C

menghitung jumlah manik merah

yang dimasukkan dalam gelas 2

Kegiatan tersebut secara tidak langsung telah membimbing siswa berlatih menyebutkan angka-angka, mengingat anak kelas I masih perlu banyak bimbingan dalam berhitung dan membaca.

Kegiatan berikutnya guru menggunakan alat peraga berupa ”dekak-dekak” seperti terlihat pada gambar dibawah ini, dengan mengeluarkan biji-bijian dekak-dekak dari tiang dekak-dekak, kemudian guru dan siswa menghitung jumlah biji-bijian tersebut sambil dimasukkan kedalam tiang dekak-dekak dan dicatat hasilnya kedalam tabel, demikian seterusnya.

Alat peraga berupa dekak-dekak

untuk kegiatan pembelajaran disekolah

Setelah kegiatan pengisian tabel selesai, guru menunjuk salah satu siswa untuk mengerjakan soal penjumlahan yang ditulis dipapan tulis, ternyata siswa telah pandai menghitung penjumlahan puluhan secara formal, terbukti Fadillah, M. Feri dan Fatoni dengan penuh semangat mereka mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru berupa penjumlahan kebawah, seperti soal berikut :

20 19

21 12

_____ + _____ +

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pengumpulan LKS, dan guru mengulas dan menyimpulkan dengan ringkas hasil pembelajaran yang telah mereka lalui, dan Tim Observasipun merasa senang, karena selama kegiatan berlangsung siswa tidak tegang, bahkan ada beberapa siswa yang bertanya kepada Tim Observasi tentang kebenaran jawaban mereka.

II. Kaitannya dengan Karakteristik PMRI

  1. Menggunakan masalah kontekstual.

Adanya soal atau permasalahan, seperti pada kelas I.C konteksnya soal-soal

penjumlahan dan pada kelas II.B soal-soal yang dikerjakan siswa adalah

menghitung jumlah batu-bata dengan prinsip perkalian. (masalah kontekstual

sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana matematika yang diinginkan

dapat muncul).

  1. Menggunakan model yang menekankan penyelesaian secara informal

Kegiatan pembelajaran memanfaatkan daun, manik-manik, dan dekak-dekak

sebagai alat peraganya (Perhatian diarahkan pada pengembangan model, skema

dan simbolisasi daripada hanya mentransfer rumus atau matematika secara

langsung).

  1. Menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa.

Adanya hasil jawaban siswa berupa LKS (Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar diharapkan dari kontribusi siswa sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal kearah yang lebih formal).

  1. Interaktivitas

Terjadinya masyarakat belajar dalam kelompok, dan aktifitas kegiatan pembelajaran yang interraktif antara guru dengan siswa (negosisasi secara eksplisit, intervensi, kooperatif dan evaluasi sesama siswa dan guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana strategi informal siswa digunakan sebagai jantung untuk mencapai yang formal).

  1. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya

Pembelajaran dikelas II.B tentang perkalian dan pembagian sangat terkait dengan materi penjumlahan dan pengurangan (Pendekatan holistic, menunjukan bahwa unit-unit belajar tidak akan dapat dicapai secara terpisah tetapi keterkaitan dan keterintegrasian harus dieksploitasi dalam pemecahan masalah).

III. Simpulan dan Saran

III. 1. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan Tim Observasi di MIN 2 Palembang, kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas I.C dan kelas II.B secara umum telah berjalan dengan baik, terbukti dengan adanya proses belajar dengan pendekatan RME (Realistic Mathematics Education) dan siswa terlihat bersemangat dalam mengikuti aktivitas pembelajaran dikelas tersebut, dan pendekatan RME dapat dijadikan salah satu alternatif belajar matematika yang menyenagkan dan bermakna.

III. 2. Saran

Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education) perlu terus dikembangkan dan diterapkan agar kemampuan komunikasi matematis siswa dalam memahami mata pelajaran matematika dapat terus meningkat dan kreatifitas selaku seorang pendidik sang at diperlukan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika disekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar