Minggu, 07 Juni 2009

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA pokok bahasan lingkaran DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Pendahuluan

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari- hari. Akibatnya, ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoretis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 ayat 6, standar proses pendidikan adalah standar proses pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Selain standar proses pendidikan ada beberapa standar lain yang ditetapkan dalam standar nasional itu, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Munculnya penetapan standar- standar tersebut diatas karena dorongan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan yang selama ini jauh tertinggal oleh negara- negara lain.

Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, standar proses pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Oleh sebab itu bagaimanapun idealnya standar isi dan standar lulusan serta standar- standar lainnya, tanpa didukung oleh standar proses yang memadai, maka standar- standar tersebut tidak akan memiliki nilai apa- apa. Dalam konteks itulah standar proses pendidikan merupakan hal yang harus mendapat perhatian bagi pemerintah.

Dalam implementasi standar proses pendidikan, guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena kita yakin tidak semua tujuan bisa dicapai oleh hanya satu strategi tertentu.

Seorang pendidik akan memilih pendekatan pembelajaran agar tujuan belajar dapat tercapai secara efektif, efisien dan ekonomis. Efektif dalam arti semua potensi dapat dimanfaatkan, efektif dan ekonomis dalam arti hasil yang diperoleh sesuai dengan biaya yang dikeluarkan sehingga memungkinkan siswa untuk bergerak lebih lanjut.

Penggunaan pendekatan pembelajaran dalam menyajikan pelajaran sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi akan mengatasi kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran, sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran dalam menyajikan materi pelajaran berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa.

Pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif adalah pendekatan Contextual Taching and Learning (CTL). Pendekatan CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang perbedaan efektifitas pendekatan CTL dalam pembelajaran matematika.

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

Teori Belajar Yang Relevan

1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning

CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

Dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.

Saat ini pendekatan kontekstual (CTL) telah berkembang di negara- negara maju dengan berbagai nama. Belanda mengembangkan dengan apa yang disebut Realistic Mathematics Education (RME), di Amerika berkembang dengan apa yang disebut Contextual Teaching and Learning (CTL), dan di Michigan juga berkembang dengan sebutan Connected Mathematics Project (CMP).

Tujuan pendekatan CTL pada dasarnya adalah membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan yang lain dan dari suatu konteks ke konteks yang lain (Rusgianto, 2002:23). Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.

1) Tujuh komponen utama dalam pendekatan kontekstual meliputi:

a) Konstruktivisme

Kontruktivisme adalah filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Kontruktivisme dalam belajar merupakan sesuatu yang kompleks dan multidimensi yang jauh melampui berbagai metodologi yang hanya berorientasi pada latihan dan rangsangan tanggapan (stimulus-response). Pembelajaran modern menganjurkan bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya (ingatan, pengalaman dan tanggapan). Secara ilmiah, ketika ada pengalaman baru, pikiran seseorang bekerja untuk menemukan makna pengetahuan baru itu dalam konteks nyata dan bisa terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat.

Esensi dari teori kontruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks kesituasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi buka menerima pengetahuan.

b) Tanya jawab

Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. Tanya jawab dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong , membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan tanya jawab merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran. Pada semua aktivitas belajar, tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan di kelas.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya, karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis pendekatan CTL. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan tanya jawab berguna untuk:

(1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis

(2) Mengecek pemahaman siswa

(3) Membangkitkan respon pada siswa

(4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa

(5) Mengetahui hal- hal yang sudah diketahui siswa

(6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru

(7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

(8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

c) Inkuiri (menemukan)

Merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan atau konsep atau proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.

d) Komunitas belajar

Komunitas belajar adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat.

Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok besar. Siswa dibagi dalam kelompok- kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajar yang lemah, yang tahu memberitahu yang belum tahu. “ Komunitas belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam komunitas belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang segan untuk bertanya, semua pihak saling mendengarkan.

e) Pemodelan

Dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik

f) Refleksi

Refleksi yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.

g) Penilaian otentik (penilaian sebenarnya)

Prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhir periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.

2) Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) di Kelas

Penerapan pendekatan kontekstual (CTL) di kelas cukup mudah, dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja termasuk bidang studi matematika. Langkah- langkah penerapan pendekatan kontekstual berkaitan erat dengan tujuh komponen yang telah disebutkan diatas.

Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:

a) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya

b) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik

c) Mengembangkan sifat- sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

d) Menciptakan masyarakat belajar

e) Menghindarkan model yang bisa ditiru sebagai contoh pembelajaran

f) Melakukan refleksi di akhir pertemuan

g) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

3) Peranan Guru Dalam Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berusaha dengan pendekatan pembelajaran dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru itu baerupa pengetahuan dan keterampilan datang dari “menemukan sendiri” bukan dari “apa kata guru”. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual (CTL).

4) Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam Pembelajaran Matematika.

Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika pada dasarnya membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata atau pengalaman belajar siswa. Pembelajaran matematika adalah suatu proses dimana pengetahuan yang berupa hasil belajar diciptakan sendiri oleh siswa melaliu transformasi pengalaman siswa sendiri.

Dalam pembelajaran matematika kontekstual (CTL) mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:

a) Masalah atau soal- soal berkonteks kehidupan nyata atau kongkret sebagai titik awal proses pembelajaran

b) Dihindari cara mekanistik yang berfokus pada prosedur penyelesaian soal. Pada pembelajaran matematika kontekstual siswa didorong untuk mengajukan suatu cara, alat atau pemodelan matematis sehingga diperoleh pemahaman tentang hal yang dihadapinya

c) Siswa sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran

d) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan refleksi. Refleksi adalah berfikir tentang hal- hal yang baru saja dipelajari atau berfikir kebelakang tentang hal- hal yang sudah terjadi

2. Teori Konstruktivisme

Konsep belajar konstruktivis didasarkan kepada kerja akademik para ahli psikologi dan peneliti yang peduli dengan konstruktivisme. Para ahli konstruktivisme bahwa ketika para siswa mencoba menyelesaikan tugas-tugas di kelas, maka pengetahuan dikonstruksi secara aktif. Para ahli konstuktivis yang lain mengatakan bahwa dari perspektifnya konstruktivis, belajar matematika bukanlah suatu proses “pengepakan” pengetahuan melainkan mengorganisir aktivitas , dimana kegiatan ini di interpretasikan secara luas termasuk aktivitas dan berfikir konseptual. Menurut Cobb dalam Suherman (2001:71) bahwa belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika.

Para ahli konstruktivis setuju bahwa belajar matematika manipulasi aktif dari pemaknaan bukan hanya bilangan dan rumus-rumus saja. Lebih jauh lagi para ahli konstruktivis merekomendasikan untuk menyediakan lingkungan belajar dimana siswa dapat mencapai konsep dasar, keterampilan algoritma dan kebiasaan bekerja sama dan refleksi. Dalam kaitannya dengan belajar, Cobb dkk dalam suherman (2001:72) menguraikan bahwa belajar dipandang sebagai proses aktif dan konstruktif dimana siswa mencoba untuk menyelesaikan masalah yang muncul sebagaimana mereka berpartisipasi secara aktif dalam latihan matematika di kelas. Menurut paham konstruktivisme peranan guru bukan pemberi jawaban akhir atas pertanyaan-pertanyaan siswa, melainkan mengarahkan mereka untuk membentuk (mengkonstruksi) pengetahuan matematika sehingga diperoleh struktur matematika. Sedangkan dalam paradigma tradisional, guru mendominasi pembelajaran dan guru senantiasa menjawab dengan segera tentang pertanyaan-pertanyaan siswa.

Implikasi dari uraian di atas menjadikan posisi guru dalam pembelajaran matematika untuk bernegosiasi dengan siswa, bukan memberi jawaban akhir tadi. Negosiasi yang dimaksudkan disini adalah berupa pengajuan pertanyaan kembali, atau pernyataan-pernyataan yang menantang siswa untuk berfikir lebih lanjut yang dapat mendorong mereka sehingga penguasaan konsepnya semakin kuat.

3. Teori vigotsky

Menurut Vigotsky dalam sugiarto (2003 : 34), interaksi sosial merupakan faktor penting yang memicu perkembangan kognitif seseorang. Sebagai contoh seorang anak berbicara, sebagai akibat dari interaksi dengan orang-orang disekelilingnya, terutama orang yang telah dewasa yaitu orang yang lebih mahir berbicara dari anak tersebut. Interaksi dengan orang lain memberikan rangsangan dan bantuan bagi anak untuk berkembang. Proses mental yang dilakukan atau dialami oleh seorang anak dalam interaksinya dengan orang lain di internalisasi oleh anak dan dengan cara ini kemampuan kognitifnya akan berkembang. Vigotski berpendapat pula bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila si anak belajar secara kooperatif denggan anak-anak laindalam suasana yang mendukung. Dalam bimbingan atau pendampingan seseorang yang lebih mampu atau dewasa misalnya guru.

Bantuan atau support kepada seorang anak dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih kompeten dimaksudkan agar anak mampu mengerjakan tugas atau soal yang lebih tinggi kerumuitannya daripada tingkat perkembangan kognitif yang actual dari anak yang bersangkutan. Tugas guru adalah menyediakan atau mengatur lingkungan belajar siswa, serta memberikan dukungan sedemikian hingga bisa berkembang secara maksimal.

Daftar Pustaka

Hidayat, Taofik. 2004. Titian Mahir Matematika untuk SD kelas 5. Visindo Media Persada : Jakarta.

Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Sumatera Selatan. Buku Panduan dan Penggunaan alat peraga matematika Alternatif untuk SD / MI. ( M E Q I P ).

Siroj,A., Rusdi. 2006. Teori-Teori Belajar Mengajar Matematika. Palembang. Departemen Pendidikan Nasional Diknas Kota Palembang.

MKPBM, Jurusan Pendidikan Matematika. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.

LEMBAR KEGIATAN 1

MATERI POKOK : MENENTUKAN LUAS DAERAH LINGKARAN

KELAS : V ( LIMA )

SEKOLAH : SD NEGERI 194 Palembang

MENENTUKAN LUAS DAERAH LINGKARAN DENGAN PENDEKATAN LUAS DAERAH PERSEGI PANJANG

Alat dan Bahan yang disiapkan :

A. Bahan

1. Kertas BC atau buffalo

2. Lem kertas

B. Alat Kerja

1. Pensil

2. Penggaris

3. Gunting/Cutter

4. Busur Derajat

5. Papan Gabus

D. Langkah-langkah Kerja

1. Buatlah lingkaran dengan menggunakan kertas buffalo dan bagilah lingkaran tersebut menjadi 12 bagian yang sama

2. Guntinglah lingkarannya menjadi 12 bagian yang sama. Kita ambil salah satu bagian, kemudian gunting menjadi dua bagian sama besar

3. Susun bagian – bagian tadi sehingga menyerupai persegi panjang




( i ) ( ii )

( iii )

Langkah – langkah Penjelasan materi :

1. Model daerah lingkaran (i) dan (ii) diletakkan pada papan gabus

2. Dengan cara menghimpitkan, tunjukkan bahwa kedua model lingkaran yang kongruen. Sambil menunjukkan pada bangun (i) bahwa model lingkaran ini panjang jari – jari ( r ), kemudian tanyakan kepada peserta didik, “ Apakah panjang jari – jarinya sama ? apakah luasnya sama ?

3. Kita katakan kepada siswa bahwa model lingkaran (ii) dapat pulah diubah bentuknya menjadi bangun pada gambar (iii). Tanyakan kepada siswa, “ Apakah luasnya sama?” Berbentuk apakah bangun pada (iii)? Jawaban yang diharapkan dari siswa adalah : (menyerupai daerah persegi panjang) “ Barapakah panjangnya ?” Jawaban yang diharapkan dari siswa : ( setengah keliling lingkaran atau )

“Berapakah lebarnya? (Jawaban yang diharapkan dari siswa adalah : ” ( r ) “)

berapakah luasnya ? ............. (Jawaban yang diharapkan dari siswa adalah : )

4. Selanjutnya peserta didik untuk melanjutkan menemukan rumus luas daerah lingkaran dengan cara sbb :

Luas daerah lingkaran = Luas daerah ......... (Jawaban yang diharapkan dari siswa : Persegi Panjang)

Luas daerah lingkaran = ........ ( Jawaban yang diharapkan dari siswa :( ) x (r))

Luas daerah lingkaran = ........ ( Jawaban yang diharapkan dari siswa : )

Kesimpulan



Jika lingkaran dengan panjang jari – jari nya r, dan luas daerahnya

Maka L = ……. (Jawaban yang diharapkan dari siswa adalah )


Kerjakan Soal dibawah ini.

1. Sebuah lingkaran dengan garis tengah 28 cm, maka luas lingkaran adalah …

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SD Negeri 194 Palembang

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : V

Alokasi Waktu : 3 x 40 menit

Standar Kompetensi :

3. Menghitung luas segi banyak sederhana, luas lingkaran dan volume prisma segitiga

Kompetensi Dasar :

3.2 Menghitung luas lingkaran

Indikator :

· Menerapkan rumus luas daerah lingkaran jika diketahui jari – jari lingkaran

· Menyelesaikan masalah / soal tentang lingkara

1. Tujuan Pembelajaran

Siswa akan dapat:

· Menemukan rumus luas lingkaran dengan menggunakan luas daerah persegi panjang

2. Materi Pembelajaran

Luas Daerah Lingkaran

3. Metode Pembelajaran

CTL ( Contextual Teaching and Learning )

4. Langkah – langkah pembelajaran

a. Kegiatan Awal / Pendahuluan

· Guru Menyampaikan indikator / tujuan pembelajaran

· Guru melakukan apersepsi untuk mengingatkan kembali pengetahuan prasyarat bagi peserta didik dengan metode Tanya jawab dengan menggunakan peraga yang sesuai (model dearah lingkaran dengan unsur – unsurnya, model daerah lingkaran untuk pecahan), tanyakan kepada siswa

ü Dengan menunjukkan model daerah lingkaran




Guru menanyakan

ü Bangun apakah ini ?

ü Disebut apakah lintasan sepanjang tepi daerah lingkaran ini ? (guru menunjukkan lintasan)

ü Disebut apakah garis hubung titik pusat lingkaran dengan sebuah titik pada lingkaran? (guru memperagakan)

ü Bila model ini dilipat menjadi 2 bagian yang sama (tunjukkan berhimpit) berapa panjang garis lengkung yang terjadi ? (guru memperagakan)

ü Bila dibagi menjadi 4 bagian yang sama ( guru memperagakan dengan melipat), berapa panjang garis lengkung yang terjadi ?

ü Bila diketahui sebuah daerah persegi panjang dengan panjang a dan lebar t, Berapkah luasnya ? ( Luas = a x t) ditulis di papan tulis

·

Ibu ingin membuat taman berberbetuk lingkaran dengan jari – jari 240 cm. Untuk ditanami tanaman tanah harus gembur, sehingga ibu minta tolong kepada tukang kebun untuk mencangkulnya. Berapakah luas taman baru ibu ?

Selanjutnya guru menyajikan masalah kontektual (dalam Charta pada papan tulis)

ü Siswa diberi pertanyaan.

§ Berapa sentimeter persegikah luas lingkaran taman yang dicangkul ?

§ Berapa meter persegikah luas lingkaran taman yang dicangkul ?

ü Siswa diberi kesempatan untuk memperkirakan jawaban dari masalah tersebut, tanyakan bagaimana ? mengapa ? untuk memancing peserta didik mengungkapkan argumentasi atas jawaban yang diberikan.

ü Untuk menguji kebenaran jawaban siswa. Siswa diajak melakukan serangkaian aktivitas dengan tuntunan lembar kerja

b. Kegiatan Inti

· Terlebih dahulu guru membagi kelas menjadi 8 kelompok, masing – masing kelompok dengan 4 sampai 5 anggota. Guru membagi peralatan dan bahan, serta lembar kerja kepada masing – masing kelompok. Sebelum masing – masing kelompok mulai bekerja, guru memberikan beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti setiap anggota kelompok harus bisa bekerja sama dengan kelompoknya, lakukan aktivitas sesuai lembar kerja, sebelum melakukan aktivitas pahami benar petunjuk/ pernyataan / pertanyaan yang ada pada lembar kerja. Lakukan aktivitas dengan cermat, teliti dan rapi

· Peserta mulai mengerjakan Lembar kerja ( terlampir)

· Pada saat masing – masing kelompok mengerjakan lembar kerja, guru berkeliling melakukan pengamatan terhadap masing – masing kelompok, bahkan anggota kelompok. Guru memotivasi, member pembelajaran individu / kelompok, bila ada yang membutuhkannya. Bila ditemukan rata - rata semua kelompok membutuhkan petunjuk tertentu, maka guru dapat memberi petunjuk secaraa klasikal. Selanjutnya masing – masing kelompok melanjutkan aktivitasnya.

· Jangan lupa sebelum siswa mengerjakan lembar kerja, guru menginformasikan waktu yang diberikan untuk menyelesaikannya.

· Setelah waktu tiba, masing – masing kelompok menempelkan hasil pekerjaan Lembar Kegiatan dan mempresentasikan hasilnya ( kesimpulannya) kepada kelas. Selanjutnya guru menekankan kembali kesimpulan yang tepat, yaitu

Kesimpulan :

Bila daerah lingkaran dengan panjang jari – jari r, dan luas daerah lingkaran tersebut adalah L, maka L = Л x r x r ( Л = 3,14 atau 22/7


· Selanjutnya guru mengarahkan kepada kelompok untuk kembali ke permasalahan awal, untuk mengecek kembali jawaban sementara yang telah diberikan dan menetukan jawaban yang benar.

c. Kegiatan Penutup

· Guru menekankan kembali rumus luas daerah lingkaran

· Siswa diberikan beberapa soal latihan, dapat diambil dari buku siswa dengan nomor – nomor yang sudah dipersiapkan. Sekaligus dapat dialkukan sebagai evaluasi

· Siswa diberikan beberapa soal sebagai tugas rumah ( PR )

5. Sumber belajar

Buku Matematika kelas V

Pensil

Penggaris

Kertas Buffalo

Jangka

Gunting

Busur Derajat

Papan Gabus

Lembar Kerja Siswa

Buku referensi lain

6. Penilaian

a. Teknik :

· Tetulis

· Tugas

b.Bentuk :

· Uraian

· Essay

· Pengamatan

c. Instrumen :

Soal-soal

  1. Diketahu daerah lingkaran dibawah ini dengan diameter d = 7 cm

Hitung luasnya !

  1. Seperti yang terlihat pada gambar disamping, garis tengah lingkaran besar dan kecil berturut – turut 14 cm dan 7 cm. Berapa luas daerah yang diarsir ?




Palembang, Mei 2009

Kepala Sekolah SDN 194 Guru Mata Pelajaran

A. Rota, S. Ag. Nurzila Febrianita