LAPORAN PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SD NEGERI 194 PALEMBANG
A. PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil maksimal. Pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dapat dicapai dengan terlaksananya pendidikan yang tepat waktu dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sejalan dengan upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekolah merupakan lembaga formal penyelenggara pendidikan. Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu lembaga formal dasar yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan Nasional mengemban misi dasar dalam memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk proses belajar mengajar yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sekolah. Melalui kegiatan pengajaran, siswa-siswi SD yang berada pada tahap operasi konkrit sudah semestinya dibekali dengan ilmu pengetahuan dasar dan keterampilan dasar yang dalam hal ini adalah mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum SD/MI untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya pada jenjang pendidikan selanjutnya.
Pengajaran di kelas tidak terlepas dari aktivitas belajar siswa. Melalui aktivitas belajar tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengalaman belajar sehingga proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa. Pelaksanaannyapun harus dilaksanakan dengan pendekatan belajar yang relevan dengan paradigma pendidikan sekarang. Paradigma baru pendidikan sekarang ini lebih menekankan pada peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari orang lain dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Zamroni, 2000). Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan pendekatan dalam pembelajaran matematika yang sesuai dengan paradigma pendidikan sekarang. PMRI menginginkan adanya perubahan dalam paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar menjadi paradigma belajar ( Marpaung, 2004 ). PMRI selama ini merupakan sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang relatif baru dan belum semua kalangan dalam dunia pendidikan mengenalnya. Selama beberapa tahun belakangan sampai sekarang. PMRI telah diuji coba terbatas di kelas I, II dan III. Kemudian mulai tahun pelajaran 2002/2003 baru dilakukan uji coba penuh di beberapa Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Indonesia dengan hasil yang sangat menggembirakan. Saat ini pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik untuk kelas lainnya masih diujicobakan. Pembelajaran matematika selama ini terlalu dipengaruhi pandangan bahwa matematika adalah alat yang siap pakai. Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung memberi tahu konsep/ sifat/ teorema dan cara menggunakannya. Guru cenderung mentransfer pengetahuan yang dimiliki ke pikiran anak dan anak menerimanya secara pasif dan tidak kritis. Adakalanya siswa menjawab soal dengan benar namun mereka tidak dapat mengungkapkan alasan atas jawaban mereka. Siswa dapat menggunakan rumus tetapi tidak tahu dari mana asalnya rumus itu dan mengapa rumus itu digunakan. Keadaan demikian mungkin terjadi karena di dalam proses pembelajaran tersebut siswa kurang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-ide dan alasan jawaban mereka sehingga kurang terbiasa untuk mengungkapkan ide-ide atau alasan dari jawabannya. Perubahan cara berpikir yang perlu sejak awal diperhatikan ialah bahwa hasil belajar siswa meruapakan tanggung jawab siswa sendiri. Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi secara langsung oleh karakteristik siswa sendiri dan pengalaman belajarnya. Tanggung jawab langsung guru sebenarnya pada penciptaan kondisi belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang baik (Marpaung, 2004). Pengalaman belajar akan terbentuk apabila siswa ikut terlibat dalam pembelajaran yang terlihat dari aktivitas belajarnya. PMRI juga menekankan untuk membawa matematika pada pengajaran bermakna dengan mengkaitkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat realistik. Siswa disajikan masalah-masalah kontekstual, yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi realistik. Kata realistik disini dimaksudkan sebagai suatu situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa atau menggambarkan situasi dalam dunia nyata ( Zulkarnain, 2002 ). Aktivitas belajar yang terjadi dalam pembelajaran dengan pendekatan belajar yang relatif baru ini menjadi hal yang menarik untuk diteliti.
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas manusia (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Berdasarkan pemikiran tersebut, PMR mempunyai ciri antara lain, bahwa dalam proses pembelajaran siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali (to reinvent) matematika melalui bimbingan guru, dan bahwa penemuan kembali (reinvention) ide dan konsep matematika tersebut harus dimulai dari penjelajahan berbagai situasi dan persoalan “dunia riil” (Hadi, 2004).
Dunia riil adalah segala sesuatu di luar matematika. Ia bisa berupa mata pelajaran lain selain matematika, atau bidang ilmu yang berbeda dengan matematika, ataupun kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar kita. Dunia riil diperlukan untuk mengembangkan situasi kontekstual dalam menyusun materi kurikulum. Materi kurikulum yang berisi rangkaian soal-soal kontekstual akan membantu proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Dalam PMR, proses belajar mempunyai peranan penting. Rute belajar (learning route) di mana siswa mampu menemukan sendiri konsep dan ide matematika, harus dipetakan Sebagai konsekuensinya, guru harus mampu mengembangkan pengajaran yang interaktif dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi terhadap proses belajar mereka.
PMRI telah diuji coba terbatas di kelas I, II dan III. Kemudian mulai tahun pelajaran 2002/2003 baru dilakukan uji coba penuh di beberapa Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Indonesia dengan hasil yang sangat menggembirakan. Saat ini pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik untuk kelas lainnya masih diujicobakan.
Sekolah Dasar Negeri 194 Palembang yang terletak di jalan Sapta Marga Palembang merupakan salah satu sekolah yang belum menerapkan PMRI sama sekali, bahkan dari informasi yang peneliti dapatkan dari kepala sekolah yaitu Bapak Arota, S.Ag., dan beberapa guru di SD Negeri 194 tersebut bahwa mereka belum pernah mendengar istilah PMRI sebelumnya. SD Negeri 194 Palembang memiliki siswa yang cukup banyak dan beberapa guru yang telah berstrata 1. Dlam proses belajar mengajar guru biasanya menggunakan pengajarandengan kebanyakan guru lainnya, yaitu ceramah, tanya jawab dan tugas. Siswa jarang disuruh berkelompok untuk mengerjakan atau memecahkan suatu masalah. Melihat hal diatas maka peneliti tertarik untuk mencoba menerapkan pendekatan PMRI di sekolah tersebut dan berbagi pengalaman kepada guru di SDN 194 Palembang.
B. PROSES PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Awal
- Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti berada disana dan peneliti juga menjelaskan materi yang akan dipelajari dan dikerjakan secara berkelompok, reaksi siswa pada saat itu mereka bersorak-sorai dan bersemangat sekali. Karena menurut pengakuan mereka jarang sekali mereka belajar secara berkelompok. Pertama saat akan membagi kelompok, kelas memang agak gaduh karena siswa terlalu bersemangat. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri atas 8 orang.
Gambar 1.1. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok
- Kemudian siswa diberi soal yang berkaitan dengan konteks.
Fachrul membeli 15 butir kelereng. Kemudian fachrul membeli lagi 20 butir kelereng. Semua kelereng tersebut dibagikan kepada 5 orang anak. Berapa butir kelereng yang diperoleh tiap anak ?
- Anak diberikan kebebasan untuk menjawab soal dengan berbagai cara penyelesaian. Terdapat beberapa kelompok yang mencoba menjawab dan mempresentasikan jawabannya ke depan. Disini terdapat beraneka ragam jawaban siswa.
Gambar 1.2. Kelompok pertama menjawab soal konteks
Gambar 1.3. Kelompok lima menjawab soal konteks
2. Kegiatan Inti
- Siswa diberikan sejumlah kancing baju dan cangkir.
Kelompok 1 diberikan sejumlah kancing baju dan 8 cangkir
Kelompok 2 diberikan sejumlah kancing baju dan 8 cangkir
Kelompok 3 diberikan sejumlah kancing baju dan 8 cangkir
Kelompok 4 diberikan sejumlah kancing baju dan 8 cangkit
Kelompok 5 diberikan sejumlah kancing baju dan 8 cangkir
- Kemudian masing-masing ketua kelompok membagikan kancing baju tersebut kepada tiap anggota kelompok
Gambar 2.1. Kelompok tiga membagikan kancing baju kepada tiap anggota kelompok
Gambar 2.2. Ketua kelompok membagi habis kancing baju kepada setiap anggota kelompok
- Lalu setiap anggota kelompok menghitung kancing baju yang mereka punya pada setiap cangkir mereka
Gambar 2.3. Ketua kelompok membagi habis kancing baju kepada setiap anggota kelompok
Gambar 2.4. Ketua kelompok membagi habis kancing baju kepada setiap anggota kelompok
- Kemudian guru menanyakan kepada masing-masing kelompok berapakah kancingbaju yang mereka punya dan berapakah jumlah kancing baju yang mereka dapatkan setelah dibagi oleh ketua kelompok mereka masing-masing
3. Penutup
§ Siswa diminta menyimpulkan definisi pembagian
§ Siswa diberikan PR
Gambar 3.1. Kelompok yang sedang menyimpulkan materi yang telah dipelajari tadi.
§ Guru melakukan refleksi
C. Kaitannya dengan Karakteristik PMRI
- Menggunakan masalah kontekstual
Peneliti menggunakan konteks masalah nyata dengan pemberikan soal konteks pada permulaan pembelajaran (masalah kontekstual sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana matematika yang diinginkan dapat muncul).
- Menggunakan model yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara formal atau rumus
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat peraga berupa kancing baju dan cangkir.
- Menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa
Peneliti menghargai ragam jawaban siswa dengan tidak langsung menyalahkan jawaban siswa. Kontribusi siswa dalam penelitian ini sangat besar sekali.
- Interaktivitas
Terjadi interaktivitas antara siswa ke siswa , siswa ke guru dan guru ke siswa. Hal ini dapat dilihat dari saat siswa mengajukan pertanyaan pada peneliti, siswa bekerja sama dalam kelompok dan sebagainya.
5. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya
Materi ini berhubungan penjumlahan dan perkalian.
E. KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan di SD N 194 Palembang pada kelas II maka peneliti dapat menyimpulkan:
1. Siswa lebih mudah memahami dan mengerti materi yang akan dipelajari dengan adanya proses mengalami sendiri kegiatan pembelajaran tersebut.
2. Dengan adanya model (benda) yang sudah dikenal siswa akan lebih membantu siswa dalam memahami konsep.
3. Dengan belajar secara berkelompok, dapat membatu menumbuhkan rasa gotong royong dalam menyelesaikan suatu masalah dan dapat menghargai pendapat teman.
4. Siswa merasakan bahwa pelajaran matematika itu sangat menyenangkan.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II / 2
Pertemuan Ke : 1
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
I. Standar Kompetensi : 3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka
II. Kompetensi Dasar : Melakukan pembagian bilangan dua angka
III. Indikator : Melakukan operasi pembagian bilangan dua angka
IV. Tujuan Pembelajaran : Melakukan dan menggunakan operasi pembagian bilangan dua angka
V. Materi Ajar : Operasi Pembagian
VI. Metode Pembelajaran : Tanya jawab, deduktif, latihan, ekspositori, dan PMRI
VII. Langkah-langkah Pembelajaran:
1. Kegiatan Awal (20 menit)
- Guru Menyampaikan indikator / tujuan pembelajaran yang akan dikembangkan
- Siswa dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri atas 8 orang.
- Siswa diberi soal yang berkaitan dengan konteks.
Fachrul membeli 15 butir kelereng. Kemudian fachrul membeli lagi 20 butir kelereng. Semua kelereng tersebut dibagikan kepada 5 orang anak. Berapa butir kelereng yang diperoleh tiap anak ?
Kelereng Fachrul pertama
Kelereng Fachrul kedua
- Siswa diberikan kebebasan untuk menjawab soal dengan berbagai cara penyelesaian. Terdapat beberapa kelompok yang mencoba menjawab dan mempresentasikan jawabannya ke depan. Disini terdapat beraneka ragam jawaban siswa.
2. Kegiatan Inti (65 menit)
- Siswa diberikan sejumlah kancing baju dan cangkir.
Kelompok 1 diberikan sejumlah kancing baju dan 8 cangkir
Kelompok 2 diberikan sejumlah kancing baju dan 8 cangkir
Kelompok 3 diberikan sejumlah kancing baju dan 8 cangkir
Kelompok 4 diberikan sejumlah kancing baju dan 8 cangkit
Kelompok 5 diberikan sejumlah kancing baju dan 8 cangkir
- Kemudian masing-masing ketua kelompok membagikan kancing baju tersebut kepada tiap anggota kelompok
- Setiap anggota kelompok menghitung kancing baju yang mereka punya pada setiap cangkir mereka
- Guru menanyakan kepada masing-masing kelompok berapakah kancingbaju yang mereka punya dan berapakah jumlah kancing baju yang mereka dapatkan setelah dibagi oleh ketua kelompok mereka masing-masing
3. Penutup (15 menit)
§ Siswa diminta menyimpulkan definisi pembagian
§ Siswa diberikan PR
§ Guru melakukan refleksi
VIII. Alat/Bahan dan Sumber Belajar :
- Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas v M. Khafid, Erlangga
- Matematika SD untk Kelas V Zaini. M Sani dan Siti.M Amin SB Esis
- LKS dengan pendekatan PMRI
- Media dengan Pendekatan PMRI
IX. Penilaian
Teknik
Tes dan Non Tes
Bentuk
Isian dan Instrumen
1. Tina mempunyai 20 biskuit. Diberikan kepada warih dan dharma sama banyak. Berapa biskuit yang diterima warih dan dharma ?
2. Ayah mempunyai 30 apel. Ayah membagikan 30 apel tersebut sama banyak kepada ayie, andi, wawan, pita, dan beny ?
Palembang, Mei 2009
Kepala SD Negeri 194 Guru Mata Pelajaran
Rota, S. Ag. Nurzila Febrianita
NIP. 131233032
Tidak ada komentar:
Posting Komentar